Sinopsis Mahaputra Episode 287

Mahaputra ANTV - Sinopsis Mahaputra Episode 287, Di medan pertempuran, kedua pasukan Jalal & Pangeran Pratap sedang sibuk bertarung satu sama lain, Nasir membunuh banyak prajurit Mewar yg membuat Pangeran Pratap khawatir, sementara Pangeran Pratap sedang bertarung dgn Jalal diatas kuda mereka masing masing “Sepertinya pedangmu ini tdak sehebat seperti dahulu ternyata, Pangeran Pratap!” dgn tenang Pangeran Pratap membalas ejekan Jalal “Keajaiban tdak berada pada pedangku tapi pada cintaku pada tanah airku, ketika hal itu bercampur dgn darahku maka banyak kstaria hebat akan kehilangan nyawanya, kamu itu bukan apa apa, Jalal!” bentak Pangeran Pratap lantang, dari bawah salah satu prajurit Pangeran Pratap berteriak padanya utk tdak usah memikirkan mereka “Atasi saja orang Mughal itu, Pangeran Pratap!” Pangeran Pratap meyakinkan mereka kalau dirinya bisa menaklukkan Jalal “Cintaku pada tanah airku tdak akan membuat aku lemah sekarang!” dgn penuh semangat Pangeran Pratap mulai kembali bertarung melawan Jalal 
Sinopsis Mahaputra Episode 287

Sementara itu, di kerajaan Mewar, Ratu Jaiwanta sedang berdoa pada Dewa Khrisna “Dewa Khrisna, aku harus melakukan tindakan penyesalan utk tindakan ketdak adilan atau adharma yg telah aku lakukan dgn merebut hak seseorang & itu tdak akan terjadi apabila aku tetap tinggal disini, sepertinya ini saat yg tepat utkku utk pergi dari sini” ujar Ratu Jaiwanta sambil melirik kearah kertas & pena, 

Di perbatasan Bijolia, perang juga masih terus berlanjut antara Raja Mamrak Ji & Mahmood Shah, salah seorang prajurit mengabarkan pada Rao Mamrak Ji kalau tdak ada pasukan Afghanistan lagi dimanapun, Rao Mamrak Ji segera berlari utk melihat sendiri apakah benar yg dikatakan oleh prajuritnya itu, ternyata apa yg dilihatnya itu benar, di tempat tersebut hanya ada obor tinggi yg ditancapkan di tanah di daerah perbatasan Bijolia, Mahmood Shah hanya tersenyum sinis pada Rao Mamrak Ji yg sedang mengecek kebenarannya, Rao Mamrak Ji baru menyadari kalau semua ini adalah palsu & tipuan belaka, Rao Mamrak Ji segera berteriak memanggil Mahmood Shah dgn nada marah “Mahmood Shah! Ternyata kamu telah menipu kami!” Mahmood Shah tdak keberatan dikatakan seperti itu oleh Rao Mamrak Ji “Aku hanya mengikuti rencana yg telah disiapkan oleh yg Mulia Raja Jalalludin Muhammad!” Rao Mamrak Ji terkejut mendengarnya apalagi ketika dia mendengar kalau Jalal & pasukannya sedang menuju ke Chittor 

“Kamu telah memanggil seluruh pasukan Chittor utk bertarung bersama beberapa prajurit kami disini & sisa dari pasukan kami sedang pergi menikmati pernikahan anak perempuanmu, kasihan benar Pangeran Pratap yg hanya sendirian di Chittor menghadapi pasukan kami semua” ujar Mahmood Shah sambil tertawa terbahak bahak “Sebanarnya Jalal ingin agar aku membunuhnya tapi sayangnya dia tdak ada di sini! Jalal pasti akan sangat menikmatinya, khususnya dalam membuat anakmu menjadi janda! Apalagi saat ini Jalal mempunyai sebuah pasukan yg benar benar besar bersamanya jadi rasanya tdak mungkin Pangeran Pratap akan bisa bertahan!” Rao Mamrak Ji yg sangat marah pada Mahmood Shah segera menebas kaki Mahmood Shah yg asli dgn pedangnya yg membuat Mahmood Shah terjengkang & berteriak kesakitan, belum juga habis rasa terkejutnya, Rao Mamrak Ji segera membunuh Mahmood Shah dgn perasaan marah 

Sementara itu di kerajaan Mewar, Ratu Jaiwanta sedang menulis sebuah surat utk Ajabde “Ajabde, aku harus pergi meninggalkan keluarga ini, daerah ini & istana ini utk selamanya, aku memiliki kepercayaan penuh padamu kalau kamu bisa mengurusi semuanya, kamu harus mengurusi suamimu, Pangeran Pratap. Kamu harus berdiri disebelahnya layaknya sebuah perisai diantara dia & berbagai macam masalah & tantangan yg menghadang dirinya, kamu telah membuat aku percaya padamu ketika dimasa lalu kamu cukup mampu melakukan hal itu semua, itulah mengapa aku tdak merasa menyesal dgn membuat keputusan ini” sejenak Ratu Jaiwanta meilirik kearah patung Dewa Khrisna kemudian kembali menyelesaikan menulis suratnya & tak lama kemudian Ratu Jaiwanta merubah dandanannya dgn pakaian rakyat biasa, ditanggalkan semua perhiasan yg biasa dikenakannya selama ini, Ratu Jaiwanta telah menetapkan dirinya utk mengabdi pada Dewa Khrisna & meninggalkan semua hal yg berbau duniawi. 

Di perbatasan Mewar, Jalal & Pangeran Pratap masih terus bertarung satu sama lain, Pangeran Pratap memperingati Jalal kalau kali ini konsekwensinya akan sangat buruk buat Jalal “Aku berharap kamu telah mengucapkan selamat tinggal kepada semua orang yg kamu cintai” ejek Pangeran Pratap, namun Jalal juga tdak mau kalah “Aku kesini dgn tujuan utk membuat istrimu, Ajabde menjadi seorang janda!” Pangeran Pratap sangat marah karena Jalal menyebut nama Ajabde, hal itu sangat melukai perasaannya, sementara itu Nasir, kaki tangan Jalal telah membunuh begitu banyak prajurit Mewar, tiba tiba salah seorang prajurit Mughal menghampiri mereka dgn bendera putih yg dibawanya “Dgn rasa menyesal aku harus mengabari kamu yg Mulia kalau ibumu saat ini sedang sekarat & sebagai permintaannya yg terakhir, beliau ingin bertemu dgnmu utk yg terakhir kalinya” Jalal kaget & benar benar tdak percaya, Jalal teringat pada kenangan indahnya bersama ibu kandungnya, Ratu Hamidah “Lebih baik kamu pulang saja, Jalal! Aku masih ingat apa yg pernah kamu katakan dulu, sangat penting bagi kita utk membalas semua yg telah dilakukan oleh ayah kita, tapi dalam tradisimu sangat penting kalau kamu membalas semua yg telah ibumu lakukan, pergilah sebelum aku mengubah keputusanku” Jalal teringat semuanya dgn baik. Sinopsis Mahaputra Episode 287

“Sebuah pedang Rajput tdak akan pernah kembali tanpa darah yg mengalir & pedangmu itu masih kering, Pangeran Pratap” tantang Jalal, Pangeran Pratap segera mengangkat tangan kirinya keatas & mengiris telapak tangannya itu dgn pedangnya hingga darah mengalir pada pedangnya, Jalal & Nasir terkejut melihat apa yg telah dilakukan oleh Pangeran Pratap “Aku telah mengaliri pedangku dgn darah tapi jangan berfikir kalau aku akan menghentikan perang ini demi masa lalu kita berdua, aku telah membakar semua kenangan tersebut sejak cukup lama, aku menghentikan perang ini utk seorang ibu, tdak ada yg bisa menandingi seorang ibu diatas segalanya” Jalal pun akhirnya setuju dgn pendapat Pangeran Pratap “Baiklah, aku setuju dgnmu, Pangeran Pratap, tapi suatu hari nanti kamu akan menyesali apa yg telah kamu lakukan hari ini, sama seperti kamu aku juga sangat berharap kematianmu dalam setiap detik sepanjang hidupku, suatu saat nanti aku pasti akan kembali!” tantang Jalal “Baiklah, aku tunggu kedatanganmu!” tak lama kemudian Jalal & pasukannya bergegas berlalu dari hadapan Pangeran Pratap 

Di kerajaan Mewar, saat itu Ratu Jaiwanta sudah berjalan keluar menuju ke teras depan istananya, ucapan Ratu Veer Bai masih terus bergema ditelinganya, Ratu Jaiwanta terus berjalan keluar dari istananya sambil membawa sebuah patung Dewa Khrisna yg berukuran kecil ditangannya, dari atas balkon Ratu Bhatyani memperhatikan kepergian Ratu Jaiwanta dgn senyum sinisnya, Ratu Jaiwanta benar benar sangat terluka akan kata kata Ratu Veer Bai, sejenak Ratu Jaiwanta berhenti & menengok kebelakang & dilihatnya kembali istana Mewar yg telah ditinggalinya selama ini yg penuh dgn kenangan indah, Ratu Jaiwanta kemudian kembali berbalik & menutup matanya, kepedihan hatinya bisa tergambar jelas lewat matanya lalu kembali melanjutkan langkahnya keluar dari istana, Ratu Bhatyani yg masih mengamatinya dari atas balkon merasa sangat senang karena rival terbesarnya telah pergi, sehingga tdak ada penghalang lagi yg akan mengacaukan rencananya selama ini 

Pada saat yg bersamaan, Ajabde nampak sangat cemas & gelisah, sedari tadi Ajabde hanya bolak balik di kamarnya, Ajabde teringat ketika Ratu Bhatyani menyuruhnya utk masuk ke dalam kamarnya & menyakinkannya kalau Ratu Bhatyani akan mengabarkan semuanya pada Ratu Jaiwanta, Ajabde juga teringat ketika Pangeran Pratap meminta dirinya utk menceritakan semuanya pada Rani Ma, Ratu Jaiwanta, dgn begitu Rani Ma bisa mengabarkan ke Raja Uday Singh, Ajabde masih merasa kalau dirinya harus menceritakan semuanya pada Ratu Jaiwanta, seperti yg diperintahkan oleh Pangeran Pratap “Lebih baik aku akan menceritakan semunya sendiri ke Rani Ma sekarang juga” ujar Ajabde sambil berjalan keluar dari kamarnya, 


Sementara itu Raja Uday Singh yg sudah selesai berdandan sedang berjalan di sepanjang koridor sambil mencari Ratu Jaiwanta, Raja Uday Singh tahu kalau Ratu Jaiwanta pasti saat ini sedang melakukan pemujaan di ruangan pemujaan, Raja Uday Singh segera menuju ke ruangan tersebut “Maharani Jaiwanta, seharusnya kamu memulai hari harimu dgn suamimu juga” ujar Raja Uday Singh dgn senyumnya yg mengembang sambil memperhatikan ruangan pemujaan tersebut, namun ternyata ruangan itu kosong, tdak ada siapa siapa disana, Raja Uday Singh mencoba mencari cari Ratu Jaiwanta di dalam ruangan tersebut namun tetap nihil, hingga akhirnya Raja Uday Singh menemukan sebuah surat yg ditelakkan di atas meja tulis, Raja Uday Singh sangat terkejut begitu membacanya, rupanya isi surat itu telah diganti & tdak sesuai dgn apa yg di tulis oleh Ratu Jaiwanta utk Ajabde “Ajabde, kamu telah membuat aku menyadari hari ini, tdak itu istana ini tdak juga Pangeran Pratap, kamu bisa mengambil tempatku jadi aku akan pergi dari sini” Raja Uday Singh merasa heran, 

Tepat pada saat itu Ajabde memasuki ruangan tersebut utk mencari Ratu Jaiwanta tapi Ajabde merasa lega karena akhirnya dirinya bisa bertemu dgn Raja Uday Singh “Rana Ji, aku tdak tahu apakah Choti Ma sudah mengatakannya padamu atau belum karena dia telah tahu tentang hal ini sebelumnya” Raja Uday Singh tdak mengerti apa yg dibicarakan oleh Ajabde “Rana Ji, pasukan Mughal telah menyerang Chittor & saat ini Pangeran Pratap telah pergi bertarung melawan mereka” Raja Uday Singh kaget “Maafkan aku, Rana Ji, aku telah mencoba utk mengatakannya padamu, tapi karena terburu buru jadi aku tdak bisa melakukan apapun kecuali memberikan tilak utk Pangeran Pratap” Raja Uday Singh langsung marah pada Ajabde 

“Apa? Kamu itu baru saja sampai disini & kamu telah merubah segalanya disini? Kamu pikir kamu ini siapa? Siapa yg memberikan kamu hak utk mengirimkan Pangeran Pratap keluar dari istana ini? Kamu ini benar benar terlalu berani dgn mengatakan kalau kamu telah melakukan tilak utk Pangeran Pratap? Kamu telah melampui batasanmu sendiri!” Ajabde tdak menyangka kalau ayah mertuanya akan marah seperti ini, Ajabde hanya bisa menangis, Raja Uday Singh bergegas keluar meninggalkan Ajabde yg termangu sedih disana 

Raja Uday Singh segera memanggil prajuritnya & bertanya tentang Rawat Ji namun Raja Uday Singh baru mengetahui kalau Rawat Ji sedang pulang ke kampung halamannya, Raja Uday Sing kemudian menyuruh prajuritnya utk mengumpulkan prajurit yg lain yg masih berada di dalam istana, tepat pada saat itu Ratu Bhatyani menghampiri Raja Uday Singh yg sedang berada di koridor, Ajabde bergegas berdiri di samping Ratu Bhatyani, namun Raja Uday Singh masih marah pada Ajabde “Aku tdak ingin mendengar ucapan kamu & gadis biasa ini menjadi masa depan Mewar!” Ratu Bhatyani berusaha utk menenangkan suaminya, namun gagal, 

Raja Uday Singh kemudian menunjukkan surat Jaiwanta pada Ratu Bhatyani “Lihat ini! Dia tdak hanya memaksa Maharani Jaiwanta keluar dari istana ini tapi dia juga telah mengirimkan Pangeran Pratap utk bertarung menghadapi Jalal tanpa mengatakannya terlebih dahulu padaku! Dia bahkan telah melakukan tilak utk Pangeran Pratap!” Ajabde berusaha utk menjelaskan tapi Raja Uday Singh tdak ingin penjelasan apapun darinya “Sekembalinya aku nanti aku akan menganalisa setiap kejadian secara detail!” Ajabde berusaha utk membuat Ratu Bhatyani berbicara utk mendukungnya tapi Ratu Bhatyani sendiri pura pura ketakutan melihat kemarahan Raja Uday Singh, Ratu Bhatyani kemudian memberikan surat itu ke Ajabde, Ajabde kaget begitu membacanya, 

Ratu Bhatyani tersenyum sinis sambil teringat ketika dirinya mengganti tulisan Ratu Jaiwanta begitu Ratu Jaiwanta keluar dari istana, Ajabde tdak mengerti apa yg dimaksud dalam surat itu “Kenapa Rani Ma menulis surat seperti ini? Apa yg telah aku lakukan?” ujar Ajabde bingung & cemas, Ratu Bhatyani kemudian menceritakan bagaimana Ratu Jaiwanta diperlakukan seperti seorang Dewi di istana ini “Aku harap kamu tdak mengatakan sesuatu yg bisa membuktikan kalau hal itu sangat berbahaya buat kamu” Ajabde masih bertanya tanya tentang kesalahan yg telah dilakukannya, Ratu Bhatyani segera meninggalkannya utk mengecek Raja Uday Singh yg masih marah pada Ajabde, Ajabde berusaha menghentikan langkah Ratu Bhatyani tapi Ratu Bhatyani terburu buru karena ingin melihat Raja Uday Singh sebelum suaminya itu pergi berperang membantu Pangeran Pratap, Ajabde hanya bisa terdiam lemas & mulai menangis

Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top