Sinopsis Mahaputra Episode 291

Mahaputra ANTV - Sinopsis Mahaputra Episode 291, Di kerajaan Mewar, ruangan para leluhur sudah siap utk pemujaan, Ratu Bhatyani merasa senang dgn persiapan tersebut “Dimana Rani Veer Bai?” tiba tiba muncul Ratu Veer Bai bersama anak perempuan Ratu Bhatyani, putri Chand Kanwar, Ratu Bhatyani langsung memperhatikan penampilan anaknya ini dari atas sampai bawah & memuji hasil kerja keras Ratu Veer Bai “Kamu telah mendandaninya persisi seperti yg aku inginkan, Rani Veer Bai” ujar Ratu Bhatyani sambil berjalan mendekati anaknya “Kamu, putri Chand Kanwar, kamu sering sekali mengecewakan ibu selama beberapa hari yg lalu, kamu memang telah berdandan sangat cantik tapi tetap saja kamu tdak menunjukkan auramu sebagai seorang putri kerajaan” Chand Kanwar hanya terdiam sambil menatap wajah ibunya dgn perasaan takut “Bagaimana jika ibu mengirimkan kamu sekolah dimana para putri kerajaan diajari tata cara berperilaku sebagai seorang putri kerajaan, etika & lain sebagainya?” 
Sinopsis Mahaputra Episode 291

Chand Kanwar masih terdiam sambil menggigit bibir bawahnya, Ratu Bhatyani melihatnya & segera mengusap bibir Chand Kanwar & berbalik menuju ke arah para pelayan “Sekarang semua persiapan utk pemujaan telah dilakukan, tapi dimana bunga utk pemujaanku?” semua orang hanya terdiam mendengar pertanyaan Ratu Bhatyani “Akan saya ambilkan, Maharani Bhatyani, mungkin Pangeran Pratap lupa karena dia saat ini sedang sibuk membeli beberapa kuda” salah satu pelayan menyela ucapan Ratu Bhatyani, Ratu Bhatyani tahu kalau Pangeran Pratap bisa di serang dgn kudanya itu “Tapi dia tdak akan melupakan cintanya & rasa hormatnya pada Choti Ma - nya, dia tdak akan pernah mengecewakan ibunya & negeranya sampai saat ini, dia tdak pernah terlambat utk membawakan bunga utk pemujaanku & itu tdak akan terjadi pada hari ini!” Chand Kanwar merasa senang begitu mendengar nama Pangeran Pratap, kakak tirinya 

Di pasar kuda, semua orang mengelu elukan nama Pangeran Pratap “Hidup Pangeran Pratap! Hidup Pangeran Pratap! Hidup Pangeran Pratap!” Pangeran Pratap mencoba berbicara dgn penjual kuda tersebut yg terseret puluhan meter oleh kudanya sendiri “Kuda ini seharusnya bertarung dgn pasukan Mughal tapi dia tdak bisa bertarung dgn seorang prajurit biasa seperti aku”, “Tapi anda ini buka prajurit biasa, Pangeran Pratap, anda sangat berani, anda tdak takut pada apapun” Pangeran Pratap menyangkal ucapan si penjual kuda “Bukan seperti itu, tuan, seseorang yg pemberani tahu bagaimana caranya utk memerangi perasaan takut mereka, tolong katakan pada pembelimu yg orang Mughal, mereka bisa menguji orang Mewar manapun & kapanpun! Setiap prajurit cukup mampu utk bertarung demi tanah airnya, jadilah prajurit biasa!” semua orang kembali mengelu elukan nama Pangeran Pratap dgn perasaan bangga 

Di kerajaan Mewar, Raja Uday Singh sudah memasuki ruang pemujaan, Raja Uday Singh merasa heran pada anak anak laki lakinya “Tdak ada seorangpun diantara mereka yg berada disini rupanya?” tanya Raja Uday Singh heran “Maharani Bhatyani, kamu bilang kalau pangeran Jagmal akan berada disini tapi mana dia?” Ratu Bhatyani segera mengirimkan pesan yg sama utk anak sulungnya itu, Ratu Bhatyani memang tdak setuju utk mentoleransi ketdak disiplinan dari anak sulungnya itu lagi “Jika dia tdak datang pada tepat waktu maka aku tdak akan membiarkan dia mengambil bagian pada pemujaan ini” kemudian Ratu Bhatyani menyuruh penjaga pintu ruangan pemujaan untik tdak membiarkan Jagmal masuk ke dalam ruangan tersebut ketika dia datang nanti, Raja Uday Singh meminta istrinya itu utk tetap tenang “Bahkan Pangeran Pratap juga belum datang, aku mengira kamu tdak akan memulai pemujaan ini tanpa dirinya, bukan?”, “Kalau Pangeran Pratap itu berbeda, Rana Ji” ujar Ratu Bhatyani, 

Pada saat yg bersamaan Pangeran Pratap sedang mengambil bunga teratai yg dipegang Chakrapani sedari tadi “Ayoo, kita temui Rani Ma (Ratu Bhatyani, setelah Ratu Jaywanta pergi meninggalkan istana, Pangeran Pratap menyebut Ratu Bhatyani sebagai Rani Ma - nya) & Daaji Raj (Raja Uday Singh), mereka pasti sudah menunggu aku” Pangeran Pratap & Chakrapani segera berjalan menuju ke istana 

Di kerajaan Mewar, salah satu prajurit yg menjaga pintu ruangan pemujaan melarang Jagmal masuk ke dalam ruangan tersebut sesuai dgn perintah Ratu Bhatyani, Jagmal nampa sangat marah pada prajurit tersebut, apalagi ketika prajurit itu berusaha utk melarang Jagmal lagi “Maafkan aku, pangeran Jagmal, aku hanya mengikuti perintah yg diberikan padaku tadi” sambil mencengkram baju prajurit itu, Jagmal bertanya “Apakah Pangeran Pratap sudah datang juga? Apakah kamu akan mendapatkan perintah yg sama utknya?” prajurit itu hanya menggelengkan kepalanya dgn perasaan takut, Jagmal langsung menghempaskan prajurit itu ke dinding dgn keras & meninggalkannya begitu saja kemudian masuk ke dalam ruang pemujaan, namun prajurit tadi masih terus mengikutinya dibelakang Jagmal “Maharani Bhatyani, maafkan aku, karena hamba tdak bisa mencegah pangeran Jagmal” prajurit tadi nampak ketakutan “Rani Ma, pecat saja dia! Karena dia tdak mengijinkan aku utk masuk ke dalam ruangan ini!” bentak Jagmal kesal “Ibu yg menyuruhnya melakukan hal itu!” Jagmal terkejut mendengar ucapan ibunya, sementara si prajurit kembali ke tempatnya bertugas “Rani Ma, aku tdak terlambat sekali, bahkan Pangeran Pratap juga belum ada disini!” Ratu Bhatyani marah pada Jagmal karena menyebut nama Pangeran Pratap dgn tdak sopan di depan kedua orangtuanya “Baiklah, baiklah, aku koreksi kembali, Pangeran Pratap, kak Pangeran Pratap” sindir Jagmal dgn senyum mengejeknya Sinopsis Mahaputra Episode 291

Tepat pada saat itu Pangeran Pratap masuk ke dalam ruangan bersama Chakrapani & menyapa mereka semua yg telah hadir di ruangan itu “Maafkan aku, kalau aku terlambat” ujar Pangeran Pratap sambil mengatupkan kedua tangannya didepan dada “Kamu tdak usah meminta maaf, Pangeran Pratap, karena ibu tahu kalau kamu pasti sangat sibuk sekali” Jagmal langsung tdak suka begitu mendengar ucapan ibunya ke Pangeran Pratap “Oooh, jadi begini, ada perbedaan dalam menyambut kedua anak ibu?” Ratu Bhatyani tdak suka dgn ucapan Jagmal & meminta Jagmal utk meminta maaf “Biarkan saja, Rani Ma, tdak apa apa” ujar Pangeran Pratap tenang, namun Ratu Bhatyani menegur Jagmal dgn keras “Kenapa kamu selalu membandingkan dirimu sendiri dgn kakakmu itu setiap saat? Kamu itu tdak ada apa apanya kalau dibandingkan dgn dia! Kakakmu Pangeran Pratap datang terlambat karena dia harus memilih kuda kuda terbaik utk pasukan Mewar, lalu kamu sendiri? Apa yg bisa kamu jelaskan pada kami?” bentak Ratu Bhatyani “Aku yakin pekerjaannya hanya sibuk terpesona pada kecantikan salah satu pelayan” sela Raja Uday Singh kesal “Ibu tdak akan mengijinkan kamu mengikuti pemujaan jika kamu tdak meminta maaf pada kakakmu” namun Pangeran Pratap tdak mempermasalahkan hal itu “Rani Ma, Jagmal tdak melakukan apa apa, kami berdua datang terlambat, kami berdua seharusnya menundukkan kepala kami & meminta maaf sebelum ibu marah, kami tahu kalau ibu tdak akan lama marah pada kami berdua” namun Ratu Bhatyani menyangkal ucapan Pangeran Pratap 

“Tdak, Pangeran Pratap! Jagmal harus mengerti kalau dia itu tdak disiplin! & ibu tdak bisa mentoleransinya, jadi dia harus meminta maaf sama kamu!” Jagmal langsung menolak permintaan ibunya, hal ini menyebabkan Raja Uday Singh marah, Pangeran Pratap mencoba menenangkan ayahnya, akhirnya Jagmal meninggalkan ruang pemujaan dgn perasaan kesal & marah, Pangeran Pratap bisa melihat ada kesedihan di wajah Ratu Bhatyani ketika Jagmal pergi meninggalkan mereka begitu saja & mengabaikan perintah ibunya, Pangeran Pratap langsung menyerahkan bunga teratai yg sedari tadi dipegangnya sambil menghampiri Ratu Bhatyani “Rani Ma, jangan terlalu keras dgn Jagmal” ujar Pangeran Pratap sambil memberikan bunga teratai itu, Rtau Bhatyani terharu & membelai wajah Pangeran Pratap penuh cinta “Kamu tahu, semuanya menjadi berantakan setelah kak Jaywanta, ibumu pergi dari istana ini, ibu harus mengaturnya kembali dari awal, namun semuanya bisa hancur seketika lagi oleh perbuatan Jagmal, kamu bisa menyelamatkan dia tapi ibu tdak akan mengijinkan hal itu terjadi, ibu tdak akan mengijinkan anak kandungku sendiri melakukan hal itu” ujar Ratu Bhatyani dgn wajah yg pura pura sedih, kemudian Pangeran Pratap mendekat ke arah Chand Kanwar “Aku akan selalu melindungi saudara saudaraku, kita semua akan pergi bersama sama utk melihat Rahan Dahan (Rahwana musuh Rama dalam kisah Rama & Shinta)” Chand tersenyum senang sambil menatap kearah Pangeran Pratap “Kali ini kamu yg akan melakukannya, Pangeran Pratap!” sela Raja Uday Singh, 

Chand memohon dgn amat sangat utk ikut membunuh Rahwana dalam pesta perayaan tersebut, namun Pangeran Pratap mencoba utk menolaknya tapi Chakrapani malah mendukung usulan Raja Uday Singh & berkata “Aku telah datang ke istana ini sejak lama tapi sebenarnya aku merasa sedikit aneh atau takut utk kembali ke istana ini, istana ini dulu sangat hangat & menyejukkan, sekarang setelah tdak ada Maharani Jaywanta atau juga Ajabde ,,,” belum juga Chakrapani menyelesaikan kalimatnya, Pangeran Pratap langsung berteriak lantang ke Chakrapani dgn nada marah “Cukup, Chakrapani!” bentak Pangeran Pratap lantang sambil mengangkat tangannya ke atas, Raja Uday Singh juga tdak suka dgn ucapan Chakrapani “Seharusnya kamu tdak menyebut nama itu di istana ini!” Chakrapani berusaha utk menyelesaikan kalimatnya namun Pangeran Pratap memintanya utk berhenti membahas hal tersebut, kemudian Pangeran Pratap berlalu meninggalkan ruangan pemujaan tersebut dgn perasaan kesal “Chakrapani, ada baiknya kamu tahu kalau tdak ada seorangpun yg menyebut nama Ajabde disini lagi selamanya, Pangeran Pratap akan sangat marah” ujar Ratu Bhatyani setelah Pangeran Pratap keluar dari ruangan itu “Kami telah membuat sebuah peraturan yg tdak tertulis tentang hal tersebut, jadi tdak ada seorangpun yg akan menyebut namanya” saat itu Pangeran Pratap sedang berjalan di sepanjang koridor dgn perasaan marah yg terpendam 

Sementara di kerajaan Bijolia, terlihat Ajabde sedang memegang kendi kuningan yg berisi air sambil berjalan ke arah pohon Tulsi, Ajabde hendak melakukan pemujaan pada pohon Tulsi, di lain sisi Pangeran Pratap benar benar merasa terganggu dgn ucapan Chakrapani, Pangeran Pratap merasa gelisah dikamarnya sambil memikirkan ucapan Chakrapani barusan, pada saat yg bersamaan Ajabde sedang melakukan pemujaan di depan pohon Tulsi, Pangeran Pratap berbalik & melihat ke arah pedangnya, Pangeran Pratap mengambil pedang tersebut sambil teringat pada ibunya yg telah memberikan pedang itu, dia juga teringat ketika ibunya meninggalkan dirinya & istana Chittor karena perbuatan Ajabde, Pangeran Pratap memegang pedang itu dgn perasaan tdak berdaya ketika dirinya teringat bagaimana Ratu Jaywanta langsung menutup pintu kuil persis di depannya, Pangeran Pratap terkulai lemas & terduduk dgn perasaan sedih, ucapan Ratu Bhatyani terus menerus menghantui dirinya “Aku benci kamu, Ajabde! Aku benci kamu sebanyak aku mencintai kamu! Ini memang adalah kesalahanku mencintai seorang gadis yg membuat aku kehilangan ibu kandungku sendiri, ibuku adalah segalanya bagiku!” ujar Pangeran Pratap sedih, 

Di kerajaan Bijolia, Ajabde masih terus berdoa & melakukan pemujaan kali ini pada Dewa Matahari “Dewa Matahari, kamu telah menjaganya dgn sangat baik utkku sejak beberapa waktu yg lalu, restuilah dia selalu” sementara itu di tempat Pangeran Pratap, sejenak Pangeran Pratap menatap ke arah matahari & langsung menutup tirai jendelanya dgn perasaan kesal, Ajabde masih terus berdoa dgn kedua tangannya dikatupkan di atas kepalanya, kemudian Ajabde melepas cincin emas dari ibu jarinya, yg diberikan oleh Pangeran Pratap dulu ketika mereka menikah, Ajabde teringat kembali masa lalunya “Bagaimana aku bisa mengatakan padamu betapa aku mencintaimu hingga hari ini, Pangeran Pratap?” ujar Ajabde sedih, kemudian Ajabde mengenakan kembali cincin tersebut lalu berbalik & berjalan perlahan lahan sambil memikirkan tentang Pangeran Pratap, tak terasa pipinya basah oleh airmata

Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top